Kamis, 19 Juni 2014

Teruntukmu, yang dulu pernah disini* (baca: dihati)

Dulu pernah ada cinta.... Dulu pernah ada sayang.... Namun kini tiada lagi perasaan seperti dulu.... Kini tiada lagi kisah.... Cintaku t’lah musnah sudah.... Hancur hatiku telah kau sakiti perasaanku....


Ungu memang selalu bisa menciptakan lagu. Salah satunya lagu patah hati seperti yang tertulis diatas. Mungkin memang ngga pantas lagi aku nulis hal seperti ini. Tapi, aku hanya menulis apa yang tengah aku rasakan.
Kamu.... yang dulu pernah disini* (baca: dihati), kini telah kembali berkelana.
Kamu.... yang dulu pernah hadir dalam kehidupanku, kini hilang tak berbekas.
Namun rasa sakit yang kau tinggalkan saat kepergianmu, masih sangat terasa. Mengapa kau tak bisa membawa luka itu pergi bersamamu? Apa kau sengaja ingin memberiku kenang-kenangan?
Ya, roda kehidupan tak selalu seperti yang kita idam-idamkan. Aku hanya manusia biasa yang harus berjalan mengikuti takdir Tuhan. Tuhan telah menentukan segala sesuatunya untuk hidupku. Aku hanya bisa menerima, dan mensyukurinya.
Lebih dari setahun kamu pergi, aku mencoba menutup mata dan telinga agar tak ada lagi yang aku lihat maupun aku dengar tentangmu. Berharap luka ini akan sembuh; seutuhnya. Namun sia-sia.
Belum sempat luka ini hilang, kamu kembali hadir dalam duniaku. Namun, kau tidak sendiri. Kau membawa orang lain yang secara tidak langsung kau perlihatkan dia kepadaku. Sadarkah kamu telah menancapkan kembali belati yang sangat tajam itu disini?* (baca: dihati).
Mungkin kamu memang tidak menyadari telah melakukannya. Karena mungkin perasaanmu tidak lagi seperti dulu, seperti saat kita masih bersama.
Perih yang masih tertanam dalam diriku, kini semakin merasakan sakitnya. Entah kenapa semua ini bisa terjadi. Aku tidak berhak menyalahkanmu. Karena aku bukan apa-apa lagi untukmu. Aku juga tidak mempunyai hak untuk menyalahkan diriku, menyalahkan perasaanku. Rasa cinta memang selalu datang tiba-tiba. Namun, kenapa harus kepada orang dari masa lalu? Kenapa harus kepada orang yang pernah memberinya luka? Tidak bisakah cinta itu memilih? Tapi, apa benar rasa cinta itu hadir lagi untuknya? Untuknya yang sudah memilih yang lain? Dan kenapa rasa cemburu masih aku rasakan ketika aku melihatnya bersama yang lain? Apa memang aku masih mencintainya? Atau, aku hanya merasa bahwa dia memang harus membayar apa yang telah dia lakukan kepadaku? Harus menyembuhkan luka sebelum memberi luka baru.
Namun semua berjalan tidak seperti rencanaku, Tuhan yang menentukan. Tuhan yang teramat mencintaiku, memberiku hadiah dengan kembali membawamu dalam hidupku. Ya, inilah takdir Tuhan. Takdir yang harus aku terima. Harusnya aku tahu, Tuhan tidak pernah punya rencana untuk menyengsarakan makhluk-Nya. Dia hanya menguji agar makhluk-Nya senantiasa mengingat-Nya.
Tuhan, terima kasih telah menghadirkan dia. Terima kasih masih bisa membuatku merasakan sakit. Dan sampaikan rasa terima kasihku kepada dia yang telah memeberiku luka.
Thanks for you. You hurt me second time :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar