Rabu, 15 April 2015

Cinta Beda Tempat Ibadah

       "Tetap semangat dan selalu tersenyum"
       Ngga ada capeknya kamu ucapin itu ke aku. Dan akupun ngga ada capeknya dengerin itu dari kamu. Bahkan, saat kurang beberapa menit saja dari waktu yang biasa kamu gunakan untuk mengucapkan kalimat itu, aku sudah merasa ada yang kurang jika kamu tidak melontarkannya kepadaku.

       Kita memang sudah kenal sejak awal masuk kuliah. Tapi, apakah saat itu kita hanya saling memperhatikan satu sama lain? Hanya saling mengamati layaknya singa yang mengintai mangsa untuk segera dilahapnya? Dan seperti singa juga yang menunggu waktu yang tepat buat menerkam mangsanya? Apakah kita memang awalnya seperti itu? Hingga akhirnya kita bisa saling sapa, saling tukar pikiran, dan saling bercanda? Dan bahkan; bisa di bilang; kita saling melengkapi.
       Mungkin memang aku awalnya ngga peduli. Tapi sejak kedekatan kita itu, untuk menjauhkan kepedulianku darimu rasanya itu sesuatu yang mustahil. Kamu yang selalu kasih aku semangat. Kamu yang selalu buat aku ketawa. Kamu yang selalu buat aku semangat kuliah. Kamu yang selalu ingetin aku akan semua hal. Dan kamu yang selalu mengingatkan aku; bahkan menunggu; untuk tidak lupa menunaikan kewajibanku sebagai umat muslim; shalat. Ya, kenapa aku bilang menunggu? Karena kita beda tempat ibadah; aku di masjid dan kamu di gereja.
       Rasa kepedulianku memang sangat bisa menumbuhkan rasa yang lebih, rasa suka misalnya; atau bahkan cinta dan sayang. Namun aku tidak mau memikirkan hal sejauh itu. Tapi sikapmu, perlakuanmu, perhatianmu, banyak yang mengatakan kalau kamu mempunyai rasa suka buat aku. Banyak yang bilang kalau tatapanmu ke aku itu merupakan tatapan pertanda suka. Tapi entahlah. Aku sendiri tidak bisa menerjemahkan tatapan mata seseorang.
     Meskipun kita tidak pernah mengungkapkan perasaan satu sama lain, tapi kita sama-sama bisa menerjemahkan semua tindakan kita. Tindakan kamu ke aku, tindakan aku ke kamu, semua itu sudah bisa menjawab bagaimana perasaan kita. Yang paling aku suka, saat kamu tidak malu membawa aku di kegiatanmu dan memperkenalkan aku ke teman-teman organisasimu. Jarang ada cowok yang memperlakukan seorang cewek seperti itu. Dan kamu, ternyata tidak menyembunyikan aku.
     Mungkin, bagimu, memang aku hanya seorang anak kecil, anak yang umurnya saja belum genap 19 tahun. Tapi, orang yang kamu anggap anak kecil ini, selalu bisa untuk menemani kamu, membuat kamu jengkel dengan tingkahnya, dan juga bisa membuat kamu gemes dengan kelakuannya. Anak kecil ini paling suka perlakuanmu saat kamu elus rambutnya, kamu acak-acak poninya, kamu belai rambutnya saat ia tidur, dan kamu kecup kening serta pipinya. Ya, mungkin itu memang perlakuan yang biasa didapatkan anak kecil. Tapi, anak kecil ini berharap, ia tidak kamu jadikan sebagai boneka. Tapi, berharap bahwa kamu mau dan ingin selalu melindunginya, menjaganya, dan tidak akan pernah menyakitinya. Dan berharap semoga hubungan anak kecil ini denganmu yang sudah dewasa, bisa tetap berjalan sesuai yang kamu bicarakan dan sesuai yg anak kecil ini inginkan.
       Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar